Fitur AI Baru Google Ancam Media Online? Ini Dampak Ringkasan Otomatis di Discover Android & iOS

Arazone

Kutabalinews.com, Jakarta – Google kembali menggulirkan pembaruan besar yang bisa berdampak langsung pada ekosistem media digital global. Mulai pertengahan Juli 2025, perusahaan teknologi raksasa tersebut mulai menyisipkan fitur ringkasan berita berbasis kecerdasan buatan atau AI Overview ke dalam halaman Google Discover, baik di perangkat Android maupun iOS.

Fitur AI Overview ini sebelumnya telah menimbulkan perdebatan di kalangan pelaku media saat diterapkan di hasil pencarian Google Search. Kini, kehadirannya di Google Discover—yang sebelumnya dianggap sebagai salah satu sumber klik terbesar bagi situs berita—berpotensi mengurangi lalu lintas kunjungan secara drastis. Sebab, pengguna bisa langsung membaca ringkasan berita tanpa perlu mengunjungi situs asal.

Langkah ini dinilai semakin mempersempit ruang media online untuk menjangkau pembaca secara langsung, terutama karena Google Discover selama ini menjadi andalan dalam menyajikan rekomendasi konten personal di layar beranda pengguna Android dan aplikasi Google di perangkat iOS.

AI Overview Kini Hadir di Discover: Ini Tampilan dan Cara Kerjanya

Ringkasan otomatis ini mulai terlihat oleh sejumlah pengguna di Amerika Serikat. Format tampilannya menyerupai AI Overview yang lebih dahulu diluncurkan di Google Search pada Mei 2024. Pengguna akan melihat cuplikan isi berita dalam bentuk tiga baris kalimat, yang dapat diperluas dengan mengetuk opsi “See more” untuk membaca ringkasan yang lebih panjang.

Google juga menyematkan label peringatan bahwa konten tersebut dihasilkan oleh AI dan bisa saja mengandung kesalahan. Ringkasan AI tersebut diposisikan di bagian paling atas halaman Discover, sementara judul dan tautan langsung dari situs berita justru tergeser ke bawah.

Meski sumber ringkasan tetap mencantumkan logo media asal, pengguna perlu melakukan klik tambahan untuk membaca artikel utuh dari media tersebut. Hal ini diyakini dapat mengurangi engagement terhadap situs-situs berita.

Fitur Resmi, Bukan Uji Coba: Rencana Google Hadirkan di Wilayah Lain Termasuk Indonesia

Google telah mengonfirmasi bahwa kehadiran ringkasan AI di Discover bukan sekadar percobaan, melainkan peluncuran resmi untuk seluruh pengguna Android dan iOS di wilayah Amerika Serikat. Tidak menutup kemungkinan fitur ini juga akan diperluas ke negara lain, termasuk Indonesia, mengingat fitur AI Overview sudah cukup lama aktif di Google Search Tanah Air.

Untuk saat ini, fitur ringkasan AI masih terbatas pada topik gaya hidup seperti hiburan dan olahraga. Google menyatakan bahwa tujuannya adalah membantu pengguna “lebih cepat memutuskan halaman mana yang ingin mereka kunjungi.”

Selain itu, Google juga sedang menguji cara lain untuk menyajikan berita di Discover, seperti menyisipkan poin-poin ringkasan di bawah judul atau mengelompokkan beberapa berita serupa dalam satu tampilan.

Penurunan Lalu Lintas & Iklan: Media Digital Semakin Terdesak

Dampak fitur-fitur berbasis AI Google terhadap publisher berita sudah mulai terasa dalam skala global. Laporan dari Similarweb menunjukkan bahwa trafik organik ke situs berita dari Google Search telah menurun drastis, dari 2,3 miliar kunjungan per bulan pada pertengahan 2024 menjadi di bawah 1,7 miliar pada pertengahan 2025—penurunan sekitar 26 persen dalam satu tahun.

Tidak hanya itu, tren pencarian yang tidak menghasilkan klik ke situs berita juga meningkat signifikan, dari 56 persen pada Mei 2024 menjadi 69 persen pada Mei 2025. Ini menandakan bahwa semakin banyak pengguna yang hanya membaca ringkasan di hasil pencarian tanpa mengunjungi situs media.

Akibatnya, sejumlah media digital besar seperti BuzzFeed News, AnandTech, Giant Freakin Robot, dan Laptop Mag telah menghentikan operasionalnya. Salah satu penyebab utama penutupan tersebut adalah hilangnya trafik signifikan dari Google, yang berdampak langsung pada pendapatan iklan digital mereka.

Kekhawatiran Publisher & Masa Depan Informasi Digital

Langkah Google ini menambah panjang daftar tantangan yang dihadapi media online dalam mempertahankan eksistensinya. Ketergantungan terhadap trafik dari mesin pencari menjadi bumerang ketika fitur AI justru menggantikan fungsi dasar tautan berita.

Di sisi lain, Google tetap menyatakan bahwa inovasi ini bertujuan memberikan kenyamanan bagi pengguna. Namun, jika tidak diiringi dengan kebijakan kolaboratif bersama penerbit berita, inovasi ini justru berpotensi merugikan keberlangsungan jurnalisme digital yang kredibel.

Sementara itu, berbagai pihak mendorong adanya regulasi yang melindungi hak publisher atas konten mereka, seperti Perpres Publisher Rights yang sedang dibahas di Indonesia.(*)

Share This Article
Tinggalkan komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version