Kutabalinews.com, Jakarta – Kasus kematian misterius seorang diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39) yang ditemukan meninggal di kamar indekos di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, masih menyisakan banyak tanda tanya. Salah satu elemen penting dalam proses penyelidikan, yakni ponsel milik korban, hingga kini belum ditemukan oleh pihak kepolisian.
Ketiadaan ponsel pribadi ADP menjadi perhatian publik karena perangkat tersebut diyakini menyimpan banyak data digital yang berpotensi membantu mengungkap kronologi kejadian sebelum korban ditemukan tewas. Meski begitu, pihak kepolisian menegaskan bahwa penyelidikan tetap berjalan tanpa hambatan berarti.
Dalam pernyataan resmi pada Kamis (24 Juli 2025), Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengonfirmasi bahwa ponsel korban belum berhasil ditemukan, namun hal itu tidak menghentikan langkah kepolisian dalam menggali fakta.
Polisi Pastikan Penyelidikan Tetap Lancar
“Belum (ditemukan ponsel ADP),” ujar Kombes Ade Ary saat ditemui di Mapolda Metro Jaya. Ia menegaskan bahwa keberadaan ponsel bukan menjadi satu-satunya kunci dalam penyidikan. “Kami tidak menemui hambatan dalam proses ini,” tambahnya.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) yang turut memantau perkembangan kasus ini. Komisioner Kompolnas Mohammad Choirul Anam menyebut bahwa pihaknya telah menerima penjelasan resmi dari penyidik Polda Metro Jaya mengenai status barang bukti yang telah diamankan.
Kompolnas: Jejak Digital Penting, Tapi Bukan Penentu Kematian
Dalam pernyataannya, Anam menyoroti pentingnya jejak digital dalam mengungkap peristiwa yang terjadi sebelum kematian korban. Namun, ia menegaskan bahwa keberadaan ponsel bukan satu-satunya aspek penting yang menentukan penyebab kematian.
“HP ini memang belum diketemukan. Oleh karenanya memang masih ada PR soal jejak digital itu,” ujar Anam saat ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (25 Juli 2025).
Meski begitu, Anam menekankan bahwa penyebab kematian korban tidak semata-mata ditentukan oleh keberadaan ponsel. “Kalau pertanyaan besar dalam konteks pidana, bagaimana penyebab kematian, yang paling penting hasil otopsi,” jelasnya.
Menurutnya, beberapa barang bukti digital lain, seperti laptop dan perangkat lainnya yang telah disita penyidik, memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai konstruksi kejadian sebelum kematian ADP.
“Dengan rekam jejak digital yang lain, termasuk dari laptop itu dan beberapa benda digital yang lainnya, saya kira sudah cukup terang (konstruksi peristiwanya). Tinggal penyebab kematiannya saja yang masih menunggu hasil otopsi,” ucapnya.
Fakta di Lokasi: Posisi Korban dan Barang Bukti
ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya pada Selasa, 8 Juli 2025. Saat ditemukan, posisi korban tergeletak di atas tempat tidur. Kepala korban terlilit lakban berwarna kuning, sementara tubuhnya tertutup dengan selimut biru.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), penyidik mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain gulungan lakban, kantong plastik, dompet, pakaian, sarung celana, bantal, serta obat-obatan seperti pereda sakit kepala dan obat lambung. Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah obat-obatan tersebut memiliki kaitan langsung dengan penyebab kematian.
Pihak kepolisian juga menemukan sidik jari korban pada permukaan lakban yang melilit kepala korban. Namun, hal ini belum cukup untuk menyimpulkan apakah lakban tersebut dipasang sendiri oleh korban atau oleh orang lain. Penyelidikan terkait hal tersebut masih terus berjalan.
Tetangga: Korban Dikenal Tertutup dan Jarang Berinteraksi
Sejumlah saksi yang merupakan penghuni indekos yang sama dengan korban menyebut bahwa ADP dikenal sebagai pribadi tertutup dan jarang terlihat berinteraksi. Beberapa di antaranya bahkan mengaku sudah cukup lama tidak melihat korban sebelum akhirnya ditemukan meninggal dunia.
Informasi dari lingkungan sekitar ini turut menjadi bagian penting dalam membangun konteks sosial kehidupan korban sehari-hari, yang juga bisa menjadi petunjuk dalam mengungkap motif atau peristiwa yang berkaitan dengan kasus ini.
Menunggu Hasil Otopsi untuk Jawaban Kematian
Hingga berita ini ditulis, penyebab kematian ADP masih menunggu hasil otopsi lengkap dari pihak kedokteran forensik. Kompolnas menegaskan bahwa proses otopsi mendalam sangat diperlukan untuk menjawab pertanyaan utama terkait kematian korban.
“Otopsi yang mendalam itu penting untuk memastikan apakah ada unsur kekerasan atau kondisi medis tertentu yang menjadi penyebab kematian,” tutur Anam.
Kasus ini masih dalam penanganan intensif oleh Polda Metro Jaya. Polisi terus menggali bukti dan keterangan untuk memastikan tidak ada aspek yang terlewat dalam penyelidikan, termasuk keterlibatan pihak lain maupun dugaan tindak pidana.(*)