Kutabalinews.com, Bali – Penyeberangan dari Bali menuju Pulau Jawa melalui Pelabuhan Gilimanuk kembali mengalami gangguan serius pada Rabu, 16 Juli 2025 pagi. Sejumlah kendaraan, baik roda dua, roda empat, hingga truk besar, terpaksa menunggu tanpa kejelasan di area parkir pelabuhan sejak dini hari akibat tidak adanya kapal yang beroperasi.
Situasi ini memicu antrean panjang dan membuat penumpang terlantar selama berjam-jam. Dari pantauan di lapangan, motor dan mobil tampak tidak bergerak sama sekali karena antrean yang tidak kunjung terurai. Para sopir dan penumpang pun mengeluhkan minimnya informasi dan solusi dari otoritas terkait.
Menurut informasi awal, antrean ini disebabkan oleh gangguan operasional di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, yang menjadi pelabuhan penyeberangan tujuan dari Gilimanuk. Selain itu, terdapat sejumlah kapal yang ditunda keberangkatannya karena sedang menjalani perbaikan teknis dan pemeriksaan keselamatan.
Kapal Tak Berlayar, Sopir Protes: “Sejak Sore Tak Bergerak”
Salah seorang sopir truk bernama Agus menyebutkan bahwa antrean mulai mengular sejak Selasa sore. Namun hingga Rabu dini hari, kendaraan masih tetap tidak bisa bergerak karena tidak ada kapal yang melakukan aktivitas bongkar muat.
“Katanya ada kisruh di Ketapang, banyak kapal tak beroperasi, sehingga truk lama naik,” ujar Agus saat diwawancarai di lokasi antrean.
Sejumlah sopir lainnya juga menyuarakan hal serupa, menilai bahwa tidak ada solusi konkret dari pihak pelabuhan. Mereka mempertanyakan tidak adanya kapal pengganti atau alternatif yang disiapkan untuk mengurai antrean kendaraan.
15 Kapal Ditunda Beroperasi Setelah Rampcheck Keselamatan
Berdasarkan informasi yang dihimpun, sedikitnya 15 unit kapal motor penumpang (KMP) yang biasa melayani penyeberangan Jawa-Bali ditunda operasinya untuk dilakukan perbaikan. Penundaan ini merupakan hasil dari rampcheck dan pemeriksaan keselamatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Dirjen Hubla).
Kapal-kapal yang dihentikan ini mayoritas merupakan kapal Landing Craft Tank (LCT) yang telah dimodifikasi menjadi kapal Roro penumpang, jenis serupa dengan KMP Tunu Pratama Jaya yang sebelumnya mengalami insiden karam di Selat Bali.
Dirjen Hubla memberikan rekomendasi agar kapal-kapal tersebut tidak dioperasikan sementara waktu, hingga seluruh komponen keselamatan diperbaiki dan diverifikasi ulang untuk memastikan kelayakan berlayar. Pemeriksaan ulang akan dilakukan setelah kapal melengkapi seluruh rekomendasi perbaikan teknis.
Penyeberangan Roro Lumpuh, Sopir Keluhkan Tak Ada Pengganti Kapal
Kapal Roro yang ditunda operasinya sebagian besar adalah armada yang khusus melayani angkutan barang dan truk, terutama di dermaga LCM (Landing Craft Mechanized). Akibatnya, kendaraan logistik menjadi yang paling terdampak dengan tertahannya penyeberangan.
“Ada banyak kapal tidak beroperasi, tapi tidak ada penambahan, solusinya agar penyeberangan lancar (ganti kapal) gak ada itu yang para sopir protes,” ungkap salah satu sopir yang sedang mengantre.
Hingga berita ini diturunkan, baik pihak ASDP Gilimanuk maupun otoritas dari Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Pelabuhan Gilimanuk belum memberikan pernyataan resmi atau konfirmasi terkait kondisi terkini dan langkah penanganan antrean panjang tersebut.
Permintaan Evaluasi Sistem Transportasi Penyeberangan
Insiden ini menambah daftar panjang persoalan di jalur penyeberangan strategis antara Jawa dan Bali. Evaluasi menyeluruh terhadap manajemen armada, kesiapan pelabuhan, serta manajemen darurat menjadi penting untuk menghindari kelumpuhan aktivitas logistik dan transportasi di masa mendatang.
Pemerintah daerah, operator kapal, dan instansi terkait diharapkan segera melakukan koordinasi agar penyediaan kapal pengganti dan pengaturan antrean dapat dilakukan secara terstruktur dan transparan. Penumpang dan sopir kendaraan yang mengandalkan jalur ini setiap harinya memerlukan kepastian waktu dan jaminan keselamatan.(*)