Kutabalinews.com, Denpasar – Pemerintah kembali memperpanjang operasi pencarian dan pertolongan (SAR) terhadap korban kecelakaan laut KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali. Perpanjangan ini dilakukan selama tujuh hari ke depan, menyusul masih adanya 17 orang yang belum ditemukan.
Langkah tersebut diambil berdasarkan hasil evaluasi dan koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam operasi SAR. Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan serta Kesiapsiagaan Basarnas, Ribut Eko Suyatno, menyatakan bahwa proses pencarian akan tetap dilanjutkan dengan dukungan penuh dari sejumlah instansi dan elemen kewilayahan, termasuk Kantor SAR Surabaya, Pos SAR Banyuwangi, TNI AL, Polri, serta BMKG dan pemerintah daerah setempat.
Eko yang juga bertindak sebagai SAR Mission Coordinator (SMC), menegaskan bahwa pelibatan unsur-unsur teknis dari Ditpolairud Polda Jawa Timur, Polresta Banyuwangi, hingga jajaran TNI AL di Lanal Banyuwangi terus dilakukan secara terintegrasi. Tim DVI Polda Jatim pun masih aktif dalam proses identifikasi tiga korban meninggal yang belum terverifikasi identitasnya.
“Selama masa perpanjangan tujuh hari ini, operasi akan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Kami terus bersinergi agar pelayanan terhadap masyarakat tetap maksimal,” ujar Eko dalam konferensi pers di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Senin (14/7) malam.
Proses Evakuasi Bangkai Kapal Dimulai
Tim gabungan SAR saat ini juga tengah mempersiapkan proses evakuasi terhadap bangkai KMP Tunu Pratama Jaya. Visual kapal berhasil diperoleh oleh Tim SRU Laut melalui operasi bawah laut. Bangkai kapal terpantau dalam kondisi terbalik di titik kedalaman sekitar 49 meter dari permukaan laut.
Menurut laporan dari Posko Operasi SAR Gabungan di Pelabuhan Ketapang, visual tersebut menjadi titik krusial dalam rencana pengangkatan badan kapal. Tim teknis saat ini sedang menyusun langkah strategis dalam mengangkat badan kapal yang diyakini masih menjadi lokasi potensial keberadaan korban yang belum ditemukan.
Data Terbaru Korban: 17 Masih Hilang
Hingga hari Minggu kemarin, berdasarkan data resmi yang diterima dari Posko SAR, total korban selamat tercatat sebanyak 30 orang. Sementara itu, 18 korban telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, dengan tiga di antaranya masih dalam proses identifikasi oleh tim DVI. Sebanyak 17 orang lainnya hingga kini masih dinyatakan hilang.
KMP Tunu Pratama Jaya diketahui tenggelam pada Rabu, 2 Juli 2025, saat melakukan pelayaran di Selat Bali. Kapal tersebut mengangkut 53 penumpang dan 12 anak buah kapal (ABK), serta memuat 22 unit kendaraan.
Pemerintah Berkomitmen Hadir
Eko juga menyampaikan harapannya agar langkah-langkah yang diambil ini dapat memberikan ketenangan bagi keluarga korban serta membuktikan bahwa pemerintah hadir dalam setiap tahapan penanganan bencana.
“Operasi SAR ini bukan sekadar kewajiban, tapi bentuk tanggung jawab negara dalam memberikan pelayanan kemanusiaan,” tegasnya.
Ia menambahkan, meskipun operasi SAR diperpanjang, investigasi terhadap insiden ini tetap menjadi tanggung jawab pihak-pihak terkait sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini mencakup aspek keselamatan pelayaran dan investigasi penyebab kecelakaan.
Investigasi dan Keselamatan Pelayaran
Dalam konteks keselamatan transportasi laut, peristiwa tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya menjadi catatan penting bagi otoritas pelayaran. Pemerintah diharapkan segera mengevaluasi standar keselamatan serta pengawasan terhadap operasional kapal penyeberangan di wilayah rawan seperti Selat Bali.
Selain operasi SAR, penting bagi pihak berwenang untuk memastikan bahwa investigasi berjalan transparan dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Ini menjadi bagian dari langkah pencegahan agar insiden serupa tidak kembali terjadi di masa depan.
Harapan Keluarga dan Dukungan Psikologis
Di tengah proses pencarian yang berlangsung, para keluarga korban terus berharap akan adanya kejelasan nasib anggota keluarga mereka. Pihak pemerintah daerah dan lembaga kemanusiaan telah menyediakan layanan dukungan psikologis untuk membantu para keluarga dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian ini.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu meredakan trauma dan memberikan pendampingan emosional yang dibutuhkan oleh keluarga korban.(*)